SEJARAH SINGKAT DESA MERTAPADAWETAN
Menurut
catatan sejarah dan penuturan sesepuh / tetua Desa Mertapadawetan, bahwa pada
mulanya Desa Mertapadawetan adalah merupakan
sebuah kampung dengan nama Mertalaya yang diketemukan oleh seorang
Mubaligh Islam yang berasal dari Baghdad
yang bernama Syeh Arifin pada tahun 1479.
Syeh
Arifin menurut cerita dan penuturan sesepuh / tetua Desa Mertapada berasal dari
Baghdad (Irak) yang sengaja datang ke Cirebon guna memperdalam dan menyebarkan ajaran Islam
ditanah Cirebon.
Dalam perjalanan Syiarnya beliau kemudian menemukan suatu tempat sebelah timur kota Cirebon
yang masih merupakan kampung yang subur dan aman . Syeh Arifin tertarik dengan
tempat itu dan akhirnya beliau berniat untuk menjadikan tempat itu sebagai
tempat tinggalnya, selanjutnya kampung itu
diberi nama kampung Mertalaya, Merta artinya tempat dan laya artinya
senang, aman dan makmur. Sehingga Mertalaya mengandung arti suatu tempat yang
aman, makmur dan menyenangkan.
Setelah
Syeh Arifin menetap di Mertalaya, semenjak itu banyak orang-orang berdatangan
berguru dan menimba ilmu dan menjadi santri kepadanya. Diantara sekian banyak
santri yang ada diperguruan Mertalaya terdapat tiga pemuda yang berasal dari
Negri Cempa (Kamboja) yang menjadi muridnya. Ketiga pemuda tersebut mempunyai
kepandaian dan kesaktian yang luar
biasa, mereka itu adalah Selarasa, Selaganda dan Selasuara. Selama berada di
Mertalaya ketiga pemuda tersebut mendapat bimbingan dan pendidikan Islam dari
Syeh Arifin, disamping itu mendapatkan pelajaran-pelajaran lain yang berupa
kesaktian yang biasa dikenal dengan istilah kekebalan atau kedigjayaan
(Kanuragan), sehingga ketiganya terkenal dengan kepandaian dan kesaktian yang
tak terkalahkan pada saat itu.
Oleh
karenanya suatu hari Syeh Arifin menagadakan uji tanding terhadap ketiga
santrinya itu untuk menentukan siapa yang terkuat dan terpandai dari ketiganya.
Namun
setelah diadakan pertandingan ternyata tidak ada yang kalah dan tidak ada yang
menang oleh karena ketiganya sama pandai dan sama sakti, maka Syeh Arifin
mengadakan musyawarah dengan santri-santrinya yang lain, dan hasil musyawaran
itu adalah merubah nama kampung Mertalaya menjadi Mertapada. Merta
artinya tempat (panggonan) Pada artinya sama (sama pandai dan sakti), sehingga
Mertapada mengandung pengertian suatu tempat yang dihuni oleh orang-orang yang
berkepandaian dan kesaktian sama. Dan setelah itu dibentuk pula Ketua Kampung (
Kuwu ) sebagai orang yang mengurus masyarakat atau penduduk dan akhirnya Ketua
Kampung diserahkan kepada Selarasa. Setelah beberapa tahun lamanya akhirnya
Syeh Arifin wafat (Tanpa tahun) dan di kebumikan di Mertapada, dan oleh
Masyarakat atau penduduk Mertapada tempat dikebumikannya Syeh Arifin dijadikan
sebagai tempat Keramat Kibuyutan dengan
Sebutan
Kibuyut Serpin (asal kata dari Arifin/Syarifin/Sarpin/Serpin). Setelah Syeh
Arifin wafat, beberapa tahun kemudian ketiga santrinyapun wafat dan dikebumikan
disamping kuburan Syeh Arifin.
Sepeninggal Syeh Arifin dan ketiga santrinya beberapa tahun
kemudian kekuasaan mertapada dipegang oleh Kidemang Ampunantara sampai
wafatnya, selanjutnya digantikan oleh Nyi Mursifah Istri kidemang Ampunantara.
Pada saat Nyi Mursipah memimpin Mertapada, beliau membagi Mertapada menjadi dua
bagian, yaitu Mertapada bagian Timur disebut Mertapadawetan dan diberikan
kepada anak laki-laki (anak sulungnya), sedangkan Mertapada bagian Barat
disebut Mertapadakulon yang diberikan kepada anak perempuan dan menantunya..
Semenjak itulah Mertapada terbagi menjadi dua kampung atau desa yang dikenal
dengan nama Desa Mertapadawetan dan Desa Mertapadakulon.
Beberapa
Ratus Tahun kemudian setelah mengalami pergantian-pergantian pemimpin, akhirnya
tercatat pada tahun 1844 -1863 Desa Mertapadawetan dipimpin oleh Yai Rasijem .
untuk lebih jelasnya urutan-urutan penguasa Desa mertapadawetan yang pernah dan
yang sedang berkuasa sampai saat ini adalah sebagai berikut :
1.
Bapak Yai Rasijem (
tahun 1844 M– 1863 M )
2.
Bapak Yai R a b u ( tahun 1863 M– 1883 M )
3. Bapak
Yai Jatian ( tahun 1883 M– 1904 M )
4. Bapak
R. Arjakusuma (
tahun 1904 M– 1921 M )
5.
Bapak H.M Ya’kub (
tahun 1921 M– 1967 M )
6. Bapak H. Abdullah AR ( tahun 1967 M– 1986 M )
7.
Bapak H.M. Saleh AR (
tahun 1986 M– 1993 M )
8. Bapak H.Moch. Sodli.AL (Pj ) ( tahun 1993 M –1995 M )
9.
Bapak Durori Asadullah, BA (
tahun 1995 M– 1997 M )
10.
Bapak H.Moch. Sodli.AL (Pj ) ( tahun
1997 M– 1998 M )
11.
Bapak D. Syaefudin (Pj ) (
tahun 1998 M– 2000 M )
12.
Bapak Shodik (
tahun 2000 M– 2002 M )
13.
Bapak Abdullah Sidik (Pj) (
tahun 2002 M– 2003 M )
14.
Bapak H.A. Sholeh (PJ) (
tahun 2002 M– 2003 M )
15. Bapak Alamsyah ( tahun 2003 M – 2009 M )
16. Moh. Nurdin ( Pj ) ( tahun
2009 M – 2010 M )
17.Misbakh.M ( Pj ) ( dari bulan Juni s.d Juli 2010 M )
18. Bapak Suparman ( tahun 2010 – sekarang )
Demikianlah sejarah singkat
desa Mertapadawetan beserta urutan-urutan Kepala Desa atau Kuwu yang pernah dan
sedang menjabat Kepala Desa ( Kuwu ) Mertapadawetan.Dipostkan oleh: mertapadawage
No comments:
Post a Comment